Minggu, 07 September 2014

Persepam Degradasi, Manajemen Salahkan Achsanul Qosasi


Terdegradasinya Persepam Madura United ke Divisi Utama Liga Indonesia musim depan menimbulkan riak di tubuh manajemen. Komisaris Utama PT Pojur Madura United Kholilurrahman menyalahkan manajer Achsanul Qosasi

Persepam harus turun kasta setelah kalah head-to-head dari Perseru Serui dan Persiram Raja Ampat yang memiliki poin sama di klasemen akhir wilayah timur. Menurut Kholilurrahman, kegagalan itu menjadi pukulan telak bagi Persepam.

“Ini adalah pukulan telak bagi Persepam. Saya berharap ini bisa membangunkan, dan menyadarkan mereka dari kelalaian mereka selama ini. Saya berharap ini menjadi cambuk buat mereka, dan semua harus bertanggung jawab, terutama manajer PMU,” cetus Kholilurrahman.

“Bagaimana bentuk pertanggungjawabannya? Silahkan tanya kepada mereka. Dengan adanya degradasi ini, saya selaku perintis Persepam hingga masuk ISL, dan sampai saat ini masih menjabat sebagai komisaris utama merasa sangat sedih dan menangis.”

Menurutnya, untuk bisa membangkitkan tim kebanggaan pulau Madura ini, seluruh aspek harus diperbaiki.

“Jadi harus dirombak total kalau tetap ingin maju, duduk bersama antar semua lini, dan membicarakan sepak bola ke depan. Persepam menjadi ikon Madura. Persepam itu persembahan Pamekasan untuk empat Kabupaten di Madura, tapi sekarang sudah habis,” tambahnya.

“Persepam harus kita perbaiki. Kalau tidak, gulung tikar saja. Pemerintah kabupaten harus terbuka, harus bisa duduk bersama. Bagaimana pun yang banyak berkompeten adalah Pemkab, tidak bisa sepenuhnya dipasrahkan ke Persepam.”

Sementara itu, Achsanul menyatakan, meski Persepam terdegradasi, dirinya belum ingin menyerah sebagai manajer.

“Langit rasanya runtuh! Saya menjalankannya dengan hati tulus. Tidak ada hikmah yang bisa saya ambil dari kejadian ini. Kekalahan Madura kali ini persis seperti kekalahan di perang Uhud yang disebabkan iri dan curiga terhadap sesama. Benang merah itu terlihat jelas, Madura tidak boleh bangkit,” tambahnya.

“Saat ini saya sudah kehilangan semua senjata. Yang tersisa hanya ‘pemikiran Madura’ yang tidak akan mungkin mereka hancurkan. Sekarang saya menuju ke Jakarta, memikirkan cara lain untuk Madura tercinta, sampai kapan pun!”

0 komentar:

Posting Komentar

nGikLan Theme
 

Follow us